BAB 6 CINTA TANAH AIR DAN MODERASI BERAGAMA
CINTA TANAH AIR DAN MODERASI BERAGAMA
A. Membaca Q.S. al-Qasas/28: 85 dan Q.S. al-Baqarah/2: 143A
Ayat Al-Qur'an berikut ini berisi pesan-pesan mulia agar kita cinta tanah air dan memiliki sikap moderasi beragama, agar kita generasi menjadi tangguh dan kuat dalam menghadapi kehidupan.
a. Q.S. al-Qasas/28: 85
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلْلٍ مُّبِيْنٍ
b. Q.S. al-Baqarah/2: 143
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ ق وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا . لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيْمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيمٌ )
B. Menerjemahkan Q.S. al-Qasas/28: 85 dan Q.S. al-Baqarah/2: 143
a. Menerjemahkan Q.S. al-Qasas/28: 85
Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata."
b. Menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2: 143
"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."
C. Hadis-hadis tentang Cinta tanah air
Berikut ini adalah hadis-hadis yang menjadi dalil cinta tanah air menurut penjelasan para ulama ahli hadis, yang dikupas tuntas secara gamblang:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُتِهَا . وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الوَطَنِ والحنينِ إِلَيْهِ
Artinya: "Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi Saw. ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).
D. Hadis-hadis tentang moderasi dalam beragama
Dalam literatur hadis, kata wusath hampir tidak ditemukan. Hanya saja, kata yang digunakan dalam padanan maknanya, yakni al-Qashd yang bermakna al-tawassuth dan al-l'tidaal.
Dalam salah satu contoh hadis yang menggunakan kata al-Qashd adalah hadis yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim tentang sahabat Jabir bin Samurah tentang pelaksanaan khutbah Nabi pada hari Jumat:
عَنْ جَابِرِ ابْنِ سَمُوْرَة، قَالَ: كُنْتُ أَصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَوَاتُ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا
Artinya: "Dari Jabir bin Samurah berkata, aku telah shalat bersama Nabi Saw berkali-kali, dan (aku dapati) shalatnya dalam pertengahan, khutbahnya juga pertengahan".
Dari beberapa prinsip dasar dan karakteristik wasathiyah yang diintisarikan dalam hadis, dikutip dari tulisan Ardiansyah, Islam Wasathiyah Perspektif Hadis adalah terdapat beberapa prinsip.
Pertama, al-khayriyah yang memiliki arti terbaik atau terpilih (Ali Imran [3]: 110). Umat Islam merupakan umat terbaik dan terpilih yang disebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Dalam kedua sifat tersebut, umat Islam seyogiyanya membawa nilai-nilai kedamaian dan kelembutan.
Kedua, al-'adalah yakni adil. Dalam wasath (al-Qasd) nilai keadilan merupakan yang penting. Keadilan mencakup segalanya baik dalam hal yang bersifat ketahuidan ataupun kehidupan bermasyarakat.
Ketiga at-tawazun, yang berarti keseimbangan, karakter ketiga ini menjadi pengikatnya. Islam menjadi agama yang sempurna karena Islam mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Seseorang yg seimbang dalam kehidupannya akan seimbang pula dalam kehidupan sosialnya.
Keempat, at-tasamuh(toleran). Dalam karakter dan prinsip ini merupakan pembuka dari wasath. Seseorang yang menjalankan sikap tasamuh akan tawazun, kemudian sikapnya akan adil. Lalu, dari situlah menjadi (umat) yang terpilih dan terbaik.
Kelima, al-Istiqamah (konsistensi), selain empat karakter dan prinsip wasath di atas, seseorang hendaknya memegang prinsip berada dalam "jalan yang lurus".
Baca Selengkapnya hanya di https://mypaitopia.blogspot.com/2025/05/bab-6-cinta-tanah-air-dan-moderasi.html