Sunday, June 8, 2025

BAB 10 PAI KELAS XII

 BAB 10 PERAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA 

Organisasi-organisasi sosial keagamaan sangat besar peranannya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Walaupun terkadang ada perbedaan pandangan di antara anggota-anggotanya akan tetapi secara keorganisasian tujuannya adalah mencapai Indonesia merdeka. Oleh karena itu kita sangat perlu mengetahui bentuk-bentuk perjuangan organisasi Islam dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia dan mengetahui peran organisasi Islam tersebut pasca kemerdekaan Republik Indonesia.

1. Peranan ulama islam pada masa perang kemerdekaan


Dalam mendorong umat Islam berpartisipasi dalam perjuangan pada masa perang kemerdekaan, para ulama memiliki peran yang sangat penting. Para ulama adalah orang Islam yang mendalami ilmu agama, sehingga mereka menjadi tempat bertanya umat, dan sekaligus menjadi panutan. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. yang artinya, "Ulama itu bagaikan pelita (obor) di muka bumi, sebagai pengganti para Nabi dan sebagai pewaris para Nabi", (H.R. Ibnu Adi dari Ali bin Abi Thalib).

Peranan ulama Islam Indonesia pada masa perang kemerdekaan terbagi menjadi dua macam:

a. Membina kader-kader umat Islam, melalui pesantren dan aktif dalam pembinaan masyarakat. Banyak santri tamatan pesantren kemudian melanjutkan pelajarannya ke Timur Tengah, dan sekembalinya dari Timur Tengah. mereka menjadi ulama besar dan pimpinan penjuangan. Di antaranya adalah: K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Abdul Halim, H. Agus Salim, dan K.H. Abdul Wabab Hasbullah.

b. Turut benjuang secara fisik sebagai pemimpin perang. Para pahlawan Islam yang telah berjuang melawan imperialis Portugis dan Belanda, seperti: Fatahillah, Sultan Baabullab, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, dan Habib Abdurrahman, adalah juga para ulama yang beriman dan bertakwa, yang berakhlak baik dan bermanfaat bagi orang banyak sehingga mereka menjadi panutan umat. 

Baca selengkapnya hanya di https://paitalks.blogspot.com/2025/05/bab-10-pendidikan-agama-islam-dan-budi.html

BAB 9 PAI KELAS XII

 BAB 9 PAI KELAS XII IJTIHAD 


A. Pengertian

Ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh seorang mujtahid untuk menetapkan hukum syariah melalui metode tertentu. Ijtihad dilakukan ketika menghadapi persoalan yang sulit dan tidak disebut ijtihad jika tidak ada kesulitan di dalamnya. Secara bahasa, dalam Al-Qur’an kata "jahda" bermakna pengarahan seluruh kemampuan dan kekuatan (badl al-wus‘ wa al-thaqah) atau bisa juga berarti berlebih-lebihan dalam sumpah (al-mubalaghah fil al-yamin), seperti disebutkan dalam Q.S. an-Nahl: 38, Q.S. an-Nur: 53, dan Q.S. Fatir: 42.

Menurut Imam Al-Ghazali, ijtihad adalah usaha sungguh-sungguh dalam menetapkan hukum-hukum syariah. Hukum yang dihasilkan dari ijtihad bersifat zanni (dugaan kuat) yang memungkinkan adanya kesalahan. Dalam ushul fiqh, ijtihad merupakan metode untuk menggali hukum Islam melalui kemampuan maksimal seorang mujtahid.

اسْتِفْرَاغُ الْفَقِيهِ الْوُسْعَ لِتَحْصِيلِ ظَنَ بِحُكْمِ شَرْعِي


Artinya: "Pencurahan kemampuan secara maksimal yang dilakukan oleh faqih (mujtahid) untuk mendapatkan zann (dugaan kuat) tentang hukum syar'i

Baca Selengkapnya hanya di https://mypaitopia.blogspot.com/2025/05/bab-9-ijtihad.html

BAB 8 PAI XII

 BAB 8 SIKAP INOVATIF DAN ETIKA DALAM BERORGANISASI KELAS XII 




1. Etos Kerja Keras 

     Umat Islam diwajibkan bekerja keras karena kerja keras termasuk salah satu hal yang diajarkan oleh ajaran Islam. Kewajiban untuk selalu bekerja keras ini terdapat dalam Q.S. al-Qasas/ 28: 77 sebagai berikut: 1. Etos Kerja Keras Umat Islam diwajibkan bekerja keras karena kerja keras termasuk salah satu hal yang diajarkan oleh ajaran Islam. Kewajiban untuk selalu bekerja keras ini terdapat dalam Q.S. al-Qasas/ 28: 77 sebagai berikut:

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

    Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan”.  

     Pernah diceritakan dalam hadis Rasulullah Saw. bahwa suatu hari ketika Rasulullah sedang berada di sebuah majelis dengan para sahabat, terlihat pemuda berbadan kekar dan kuat sedang sibuk bekerja. Pemuda itu berlalu lalang di sekitar rumah Rasulullah Saw. Kemudian, salah satu sahabat berkomentar, “Wah, sayang sekali pemuda itu, sepagi ini sudah sibuk bekerja”. Sahabat tersebut pun melanjutkan perkataannya, ‘Seandainya saja, kekuatan tubuh, umur muda dan kesempatan waktunya digunakan untuk jihad i sabilillah sungguh alangkah baiknya’. 

     Mendengar ucapan salah satu sahabat tersebut, Rasulullah Saw. mengingatkan agar tidak berkata demikian. Teguran Rasulullah Saw. ini sesuai dengan irman Allah Swt. surat al-Qashash sebelumnya bahwa manusia selama hidupnya pun memang dianjurkan untuk bekerja keras dalam mencapai keinginannya.

  Berbicara tentang bekerja keras tidak hanya tentang usaha untuk mencapai keinginan atau cita-cita. Dalam ajaran Islam, manusia wajib beriman pada ketentuan takdir. Namun di sisi lain, percaya bahwa takdir atau nasib seseorang bisa berubah dengan adanya usaha dari manusia itu sendiri. Hal tersebut disebutkan dalam Q.S. ar Ra’d/13: 11 berikut:

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ   
     
    Artinya: “Sesungguhnya Allah tak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri”. Dengan bekerja keras dan terus berusaha, insya Allah bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Sesuai dengan ayat di atas, Allah mengajarkan manusia untuk bekerja keras karena apa yang kita usahakan, itulah yang akan kita dapatkan. 

    Hal ini tertulis dalam Q.S. an-Najm/ 53: 39 yang memiliki arti, “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”. Oleh karena itu, kita harus yakin semakin kita bekerja keras, semakin maksimal pula hasil yang dapatkan.


BAB 7 ILMU KALAM KELAS XII

 ILMU KALAM 


1. Pengertian Ilmu Kalam  
 
       Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun kata kalam berasal dari bahasa Arab yang berarti kata kata, pembicaraan. Dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dan menggunakan logika. Maka ciri utama iImu kalam adalah rasionalitas dan logis. Sehingga ilmu kalam sangat erat hubungannya dengan ilmu mantiq/ logika. Istilah lain dari ilmu kalam adalah theologi Islam.  
     
    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam secara etimologi (bahasa) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti yang meyakinkan. Di  samping itu ilmu kalam juga disebut sebagai ilmu yang membahas soal-soal keimanan. Ilmu kalam secara terminology adalah suatu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argument logika dan ilsafat, di sebut juga dengan ilmu tauhid. Beberapa ahli mendeinisikan tentang ilmu kalam sebagai berikut:  
  
    1) Syekh Muhammad Abduh
    Menjelaskan ilmu kalam sebagai suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah Swt, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dari sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka, dan hal-hal terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka. 
     2) Al-Farabi 
    Mendeinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah Swt. beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah setelah kematian yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah menghasilkan ilmu ketuhanan secara ilosois. 
     3) Ibnu Khaldun 
      Mendeinisikan iIlmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional. 
     4) Musthafa Abdul Raziq 
   Berpendapat bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan dengan aqidah imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang bersandar kepada nalar. 

      

    Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang membahas berbagai masalah ke Tuhan-an dengan menggunakan dasar-dasar naqliyah, maupun argumentasi rasional (aqliyah). Argumentasi naqliyah berupa dalil-dalil Al-ur’an dan hadis. Sedangkan argumentasi aqliyah artinya menggunakan landasan pemahaman berikir rasional dengan metode berikir ilsafat. 
 

2. Ruang Lingkup Ilmu Kalam

   Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu:

a) Ilahiyah
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt., seperti wujud Allah Swt., nama-nama dan sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan Allah (af’al), dan lain sebagainya.

b) Nubuwat
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk kitab-kitab Allah, mukjizat, karomah, dan hal-hal terkait lainnya.

c) Ruhaniyah
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh, dan lain sebagainya.

d) Sam’iyyat

Segala sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui dalil sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah), seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya.  

 3. Sumber-sumber Ilmu Kalam

a. Al-Qur’an
Sebagai sumber utama ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan. Di antaranya:

  1. Q.S. al-Ikhlas: 1–4
    Menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha Esa.

  2. Q.S. asy-Syura: 11
    Menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

  3. Q.S. al-Furqan: 59
    Menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di atas ‘Arsy. Dia pencipta langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya.

  4. Q.S. al-Fath: 10
    Menunjukkan bahwa Tuhan memiliki "tangan" yang berada di atas tangan orang-orang yang setia pada janji kepada-Nya.

  5. Q.S. al-Maidah: 117
    Menunjukkan bahwa Tuhan memiliki “mata” untuk mengawasi seluruh gerak makhluk-Nya, termasuk gerakan hati.

    Ayat-ayat tersebut berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan eksistensi Tuhan. Namun, penjelasan rinciannya tidak disebutkan secara eksplisit, sehingga para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Oleh karena itu, pembicaraan tentang ketuhanan ini kemudian disistematisasikan menjadi sebuah ilmu yang dikenal sebagai ilmu kalam.


Baca Selengkapnya hanya di https://paifinta.blogspot.com/2025/05/bab-7-ilmu-kalam.html

BAB 6 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 BAB 6 CINTA TANAH AIR DAN MODERASI BERAGAMA 

CINTA TANAH AIR DAN MODERASI BERAGAMA 


A. Membaca Q.S. al-Qasas/28: 85 dan Q.S. al-Baqarah/2: 143A

Ayat Al-Qur'an berikut ini berisi pesan-pesan mulia agar kita cinta tanah air dan memiliki sikap moderasi beragama, agar kita generasi menjadi tangguh dan kuat dalam menghadapi kehidupan.

a. Q.S. al-Qasas/28: 85


إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلْلٍ مُّبِيْنٍ

b. Q.S. al-Baqarah/2: 143


وَكَذَلِكَ جَعَلْنَكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ ق وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْهَا إِلَّا الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا وَمَا . لِنَعْلَمَ مَن يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلَى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كَانَتْ لَكَبِيرَةً إِلَّا عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيْمَانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيمٌ )

B. Menerjemahkan Q.S. al-Qasas/28: 85 dan Q.S. al-Baqarah/2: 143

a. Menerjemahkan Q.S. al-Qasas/28: 85

Sesungguhnya (Allah) yang mewajibkan engkau (Muhammad) untuk (melaksanakan hukum-hukum) Al-Qur'an, benar-benar akan mengembalikanmu ke tempat kembali. Katakanlah (Muhammad), "Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang berada dalam kesesatan yang nyata."

b. Menerjemahkan Q.S. al-Baqarah/2: 143

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia."

C. Hadis-hadis tentang Cinta tanah air

Berikut ini adalah hadis-hadis yang menjadi dalil cinta tanah air menurut penjelasan para ulama ahli hadis, yang dikupas tuntas secara gamblang:


عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ فَنَظَرَ إِلَى جُدُرَاتِ الْمَدِينَةِ أَوْضَعَ نَاقَتَهُ وَإِنْ كَانَ عَلَى دَابَّةٍ حَرَّكَهَا مِنْ حُتِهَا . وَفِي الْحَدِيثِ دَلَالَةٌ عَلَى فَضْلِ الْمَدِينَةِ وَعَلَى مَشْرُوعِيَّةِ حُبِّ الوَطَنِ والحنينِ إِلَيْهِ


Artinya: "Diriwayatkan dari sahabat Anas; bahwa Nabi Saw. ketika kembali dari bepergian, dan melihat dinding-dinding Madinah beliau mempercepat laju untanya. Apabila beliau menunggangi unta maka beliau menggerakkanya (untuk mempercepat) karena kecintaan beliau pada Madinah. (HR. Bukhari, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi).

D. Hadis-hadis tentang moderasi dalam beragama

Dalam literatur hadis, kata wusath hampir tidak ditemukan. Hanya saja, kata yang digunakan dalam padanan maknanya, yakni al-Qashd yang bermakna al-tawassuth dan al-l'tidaal. 

Dalam salah satu contoh hadis yang menggunakan kata al-Qashd adalah hadis yang diriwayatkan dalam Shahih Muslim tentang sahabat Jabir bin Samurah tentang pelaksanaan khutbah Nabi pada hari Jumat:


عَنْ جَابِرِ ابْنِ سَمُوْرَة، قَالَ: كُنْتُ أَصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ

عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَوَاتُ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا


Artinya: "Dari Jabir bin Samurah berkata, aku telah shalat bersama Nabi Saw berkali-kali, dan (aku dapati) shalatnya dalam pertengahan, khutbahnya juga pertengahan".


Dari beberapa prinsip dasar dan karakteristik wasathiyah yang diintisarikan dalam hadis, dikutip dari tulisan Ardiansyah, Islam Wasathiyah Perspektif Hadis adalah terdapat beberapa prinsip.

Pertama, al-khayriyah yang memiliki arti terbaik atau terpilih (Ali Imran [3]: 110). Umat Islam merupakan umat terbaik dan terpilih yang disebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an. Dalam kedua sifat tersebut, umat Islam seyogiyanya membawa nilai-nilai kedamaian dan kelembutan.

Kedua, al-'adalah yakni adil. Dalam wasath (al-Qasd) nilai keadilan merupakan yang penting. Keadilan mencakup segalanya baik dalam hal yang bersifat ketahuidan ataupun kehidupan bermasyarakat.

Ketiga at-tawazun, yang berarti keseimbangan, karakter ketiga ini menjadi pengikatnya. Islam menjadi agama yang sempurna karena Islam mampu menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat. Seseorang yg seimbang dalam kehidupannya akan seimbang pula dalam kehidupan sosialnya.

Keempat, at-tasamuh(toleran). Dalam karakter dan prinsip ini merupakan pembuka dari wasath. Seseorang yang menjalankan sikap tasamuh akan tawazun, kemudian sikapnya akan adil. Lalu, dari situlah menjadi (umat) yang terpilih dan terbaik.

Kelima, al-Istiqamah (konsistensi), selain empat karakter dan prinsip wasath di atas, seseorang hendaknya memegang prinsip berada dalam "jalan yang lurus".

Baca Selengkapnya hanya di https://mypaitopia.blogspot.com/2025/05/bab-6-cinta-tanah-air-dan-moderasi.html

Bab 5 Pendidikan Agama Islam

 Bab 5 Peradaban Islam di Dunia 




A. Peradaban islam di benua Asia 


Peradaban Islam di Benua Asia berkembang pesat dan memberi pengaruh besar dalam bidang ilmu, budaya, dan politik. Di Asia Barat, sebagai tempat lahirnya Islam, kota-kota seperti Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad menjadi pusat kekuasaan dan ilmu pengetahuan. Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah membawa Islam ke puncak kejayaan dengan kemajuan besar dalam sains, filsafat, kedokteran, dan matematika.

    Di Asia Selatan, Islam berkembang melalui penaklukan dan perdagangan. Kesultanan Delhi dan Kekaisaran Mughal membentuk peradaban Islam yang kuat di India, Pakistan, dan sekitarnya. Warisan arsitektur seperti Taj Mahal serta pertumbuhan madrasah menunjukkan kemajuan seni dan pendidikan Islam di kawasan ini.

    Sementara itu, di Asia Tenggara, Islam menyebar secara damai melalui para pedagang. Kerajaan-kerajaan Islam seperti Malaka, Aceh, dan Demak memainkan peran penting dalam penyebaran agama ini. Islam di wilayah ini menyatu dengan budaya lokal, menciptakan bentuk Islam yang unik dan toleran.

    Di Asia Tengah, kota-kota seperti Samarkand dan Bukhara menjadi pusat budaya dan ilmu dalam jaringan Jalur Sutra. Arsitektur Islam berkembang megah, dan banyak ulama serta ilmuwan lahir dari kawasan ini. Secara keseluruhan, Asia menjadi rumah bagi beragam bentuk peradaban Islam yang saling memperkaya dan bertahan hingga kini.

    Perkembangan Islam di Asia terjadi secara bertahap dan melalui berbagai cara: dakwah, perdagangan, dan penaklukan. Setiap wilayah memiliki ciri khas tersendiri dalam mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam. Hingga hari ini, Asia tetap menjadi pusat penting bagi peradaban dan umat Islam di dunia.

Baca selengkapnya disini https://mypaitopia.blogspot.com/2025/05/bab-5-peradaban-islam-di-dunia.html


BAB 2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 BAB 2 indahnya kehidupan bermakna 



Malaikat jibril a.s. diberi tugas oleh Allah SWT.untuk menyampaikan wahyu kepada nabi muhammad SAW.dalam menjalankan tugasnya malaikat jibril menyerupai manusia,dimana Rasulullah SAW.menjadikan jibril sebagai sosok guru membimbing ilmu.salah satu contoh mengajarkan iman,islam,ihsan,dan tanda-tanda kiamat.

1. hakikat iman






Iman artinya keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan tanpa ada keraguan sedikitpun. Iman dalam agama Islam artinya meyakini adanya wujud Allah Swt, para malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasulNya, hari terjadinya kiamat serta qada' dan qodarNya. Iman mencakup ranah yang berkaitan dengan keyakinan dalam hati, ucapan lisan, serta amal anggota tubuh. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan kepada Allah Swt.

Kedudukan iman lebih tinggi daripada Islam karena iman mencakup yang lebih umum daripada Islam. Seseorang tidak akan mencapai keimanan yang sempurna hingga ia melaksanakan dan mewujudkan keislamannya dengan perbuatan nyata dengan cara sempurna. Islam adalah amalan-amalan nyata sebagai buah dari keimanan seseorang. Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keimanan dan salah satu indikasi yang terlihat oleh manusia. Karena itu Allah Swt menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan di dalam Q.S. al-Anfal ayat 2-4:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ أَيْتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلوةَ وَمِمَّا رَزَقْنَهُمْ يُنْفِقُونَ أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ دَرَجْتُ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ 

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka

yang jika disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya." (Al-Anfal: 2-4)
Dalam Islam sendiri jika kita membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun Iman yang enam, yaitu:

1) Iman kepada Allah

2) Iman kepada malaikat-malaikat-Nya

3) Iman kepada kitab-kitab-Nya

4) Iman kepada rasul-rasul-Nya

5) Iman kepada Qada dan Qadar

6) Iman kepada hari akhir                                                

Jika iman adalah suatu keadaaan seseorang yang bersifat dinamis maka disuatu saat akan didapati bertambambah dan berkurangnya iman seseorang. Iman kita bertambah ketika kita selalau berada dalam amal kebaikan sebaliknya iman kita akan berkurang ketika kita malas melakukan kebaikan, sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw.sebagi berikut:

ثَلَاثُ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ ، مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Artinya: "Tiga perkara yang apabila terdapat dalam diri seseorang, maka ia akan merasakan manisnya Iman: Menjadikan Allah dan RasulNya lebih dicintainya melebihi dari selain keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya melainkan karena Allah, membenci dirinya kembali kepada kekufuran sebagalmana bencinya ia kembali dilemparkan ke dalam api neraka." (HR. Bukhori Muslim).

Baca Selengkapnya hanya di https://paitalks.blogspot.com/2025/05/bab-2-pendidikan-agama-islam-dan-budi.html

BAB 1 PAI KELAS XII

 BAB 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI XII 


BAB 1 Sabar dalam Menghadapi Musibah dan Ujian



A. Membaca dan Menerjemahkan QS. Al baqarah (2:155-156) dan QS> Ibrahim (14:9)


1. QS. Al-Baqarah (2:155-156) 
   وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرتِ وَبَشّشرِ الصَّبِرِينَ(١٥٥) 
 الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَجِعُوْنَ(١٥٦) 
Artinya :
Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit kelaparan, kekurangan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Innä lillāhi wa innä ilaihi rāji'ün".sesungguh-nya kami milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali
Kalimat ini dinamakan kalimat istirjā (pernyataan kembali kepada Allah). Disunnahkan melafalkannya pada waktu ditimpa musibah, baik besar atau kecil.

2. QS. Ibrahim (14:9) 
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبُوا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَهُ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا اللهُ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَتِ فَرَدُّوا أَيْدِيَهُمْ فِي أَفْوَاهِهِمْ وَقَالُوا إِنَّا كَفَرْنَا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ وَإِنَّا لَفِي شَكٍّ مِمَّا تَدْعُوْنَنَا إِلَيْهِ مُرِيبٍ(19)
 Artinya :
"Apakah belum sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang setelah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Rasul-rasul telah datang kepada mereka membawa bukti-bukti (yang nyata), namun mereka menutupkan tangan ke mulut (karena kebencian), dan berkata, "Sejujurnya kami tidak percaya akan (bukti) kamu diutus (kepada kami), dan kami benar-benar keraguan dalam yang menggelisahkan apa yang kamu serukan kepada kami."

BAB 10 PAI KELAS XII

 BAB 10 PERAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA  Organisasi-organisasi sosial keagamaan sangat besar peranannya dalam memperjuangkan kemerdekaan...